Sita |
Diceritakankan Raja Sira Maya Danawa adalah seorang raja yang ingin menguasai jagad raya, bahkan Jongring Salaka tempat bersemayamnya Batara Guru pun ingin dikuasainya pula. Raja Sira Maya mempunyai pikiran apabila Batara Guru, raja Jonggring Salaka dapat dikalahkan maka seluruh negeri yang berada di seluruh jagad akan lebih mudah dikuasainya.
Singkat cerita, pertempuran yang sangat mencekam dan dahsyatpun terjadilah. Raja Sira Maya Danawa dengan maha patihnya yang sangat sakti beserta pasukannya menyerang Suralaya dan merebut Jongring Salaka. Pada puncak kejayaannya raja Sira Maya Danawa semakin bertindak bengis dan kejam. Dia mengancam keras kepada semua rakyatnya untuk tidak lagi menyembah atau melakukan upacara-upacara ritual keagamaan untuk menyembah kepada Batara Guru sebagai dewa yang menguasai Jonggring Salaka di Suralaya.
Batara Guru, penguasa Suralaya marah dan geram dengan segala tindakan yang dilakukan oleh Raja Sira Maya Danawa tersebut. Maka Batara Guru pun menghukumnya. Dengan segala kesaktian dari seluruh dewa yang ada di Jonggring Salaka akhirnya Raja Sira Maya dapat dikalahkan dan dimusnahkan.
Dari bekas-bekas tempat pertempuran itulah yang merupakan awal legenda kisah ini, di mana bukan saja nama TAMPAK SIRING tetapi juga TIRTA EMPUL (Air yang menyembur).
Menurut cerita, sesungguhnya kisah ini merupakan sejarah ASAL MUASAL PERAYAAN UPACARA GALUNGAN, yang merupakan salah satu upacara besar dan penting artinya bagi umat Hindu Bali. Perayaan upacara GALUNGAN merupakan upacara peringatan atas kemenangan para Dewa dalam membasmi ANGKARA MUKA di muka bumi, khususnya di BALI. (Sita6)
Perayaan upacara "GALUNGAN" merupakan upacara peringatan atas kemenangan para Dewa dalam membasmi "ANGKARA MUKA" di muka bumi, khususnya umat Hindu di BALI.
BalasHapus