"JOKO KENDIL MEMPERSUNTING PUTRI MELATI" |
MINGGU, 1 APRIL 2012 - SITA BLOG : Singkat cerita,
sampailah ibu Joko Kendil di kota raja. Di sana ia langsung pergi ke istana dan
menghadap sang baginda raja. Raja ini mempunyai tiga orang putri yang semuanya berparas
cantik jelita yang masing-masing memiliki watak yang berbeda. Ketika ibu Joko
Kendil menyampaikan maksudnya untuk melamar sang putri kepada raja untuk
putranya, sang raja tidak marah lalu menyampaikan kepada ke tiga putrinya tentang
lamaran dari ibu Joko Kendil tersebut,
“Wahai ke
tiga putriku, ayah kira kalian kini sudah tiba waktunya untuk menikah karena
kalian semua sudah beranjak dewasa. Dan kini ada yang melamar kalian, ayah
menyerahkan semuanya ini kepada kalian, keputusan ada di diri kalian mau
menolak atau menerima lamaran itu.” Berkata baginda raja kepada ketiga
putrinya. Putri pertama menjawab,
“Ayah, terus
terang, ananda hanya bersedia dinikahkan oleh seorang raja atau saudagar kaya
raya. Ananda tidak sudi jika menikah oleh orang kampong yang teramat miskin
itu.” Jawab sang putri pertama sambil menunjukkan telunjuknya kea rah ibu Joko
Kendil dengan ekspresi wajah penuh penghinaan.
“Baik,
sekarang denganmu putri ke dua, apakah engkau menerima atau menolak lamaran Joko
Kendil sama seperti kakakmu?” Tanya sang baginda kepada putri ke duanya.
Putri ke dua
baginda raja menjawab juga menolak, “Ayah, ananda juga tak sudi jmenikah dengan
Joko Kendil orang dusun itu yang tentunya buruk rupanya. Tidak, tidak, ayah. Sungguh,
ananda tidak sudi!”
“Baik, kamu
berdua menolak, ayah bisa memahami sikapmu. Sekarang bagaimana denganmu putri ke
tiga? Apakah kamu juga menolaknya, sama seperti ke dua kakakmu?”
Sungguh di
luar dugaan ibu Joko Kendil, ternyata jawaban putri ke tiga putri bungsu sang
baginda raja menerima lamaran putranya Joko Kendil, putri bungsu menjawab,
“Ayah,
apabila ayah tidak berkeberatan, dan menyetujui keputusan hamba, terus terang
ananda akan menerima lamaran Joko Kendil dengan senang hati. Semoga ayah bisa
menerima keputusan hamba ini.”
Kendatipun raja
sangat heran dan merasa keberatan, akan tetapi sebagai seorang raja yang
kata-katanya menjadi panutan rakyatnya, lagi pula ia sudah dikenal raja yang
sangat bijaksana dan dicintai rakyatnya di seluruh negeri, akhirnya dapat
memahami keputusan putri bungsunya itu dan menerima lamaran Joko Kendil untuk
menikahi putrinya itu.
Singkat cerita
pesta perkawinanpun dilangsungkan dengan sangat meriah. Melihat tubuh Joko
Kendil yang kecil dan menyerupai periuk, dan rupa yang buruk dari Joko Kendil,
ke dua saudaranya menghina dan mengejek tiada henti-hentinya,
“Ha ha ha…sudah
mukanya jelek, badannya cebol pula seperti kendil!”
“Iya, iya,
iya, ya…seperti kendil yang ada di dapur itu, ha ha ha…!” demikian ejek
saudara-saudaranya itu, setiap saat tak pernah bosan-bosannya mencela, mengejek
putri Melati, demikian nama putri bungsu raja. Akan tetapi putri Melati tetap
bersabar dan tak pernah sakit hati. Semua hinaan, ejekan, dan celaan
diterimanya dengan penuh ketabahan dan penuh kesabaran.
Pada suatu ketika,
baginda raja menyelenggarakan pertandingan adu ketangkasan para panglima
kerajaan. Pertandingan adu ketangkasan itu dilaksanakan di tempat lapang
terbuka yaitu di alun-alun istana. Baginda raja dengan seluruh panglima,
pengawal kerajaan, dank e tiga putrinya turut pula menyaksikan pertandingan adu
ketangkasan tersebut. Akan tetapi di sana tak tampak Joko Kendil, putri Melati
duduk sendiri tanpa suaminya Joko Kendil. Apakah yang terjadi dengan Joko
Kendil?
Sebenarnya Joko
Kendil telah memohon izin kepada raja untuk tidak ikut menyaksikan pertandingan
adu ketangkasan. Ia lebih memilih tinggal di istana dengan alasan sedang sakit.
Dan sang raja dapat memahami akan hal
ini.
Tak lama
kemudian pertandingan adu ketangkasanpun dimulai. Suara gegap gempita teriakan
dan tepuk tangan penonton menggelegar di alun-alun tempat pertandingan. Para peserta
pertandingan Nampak saling memperlihatkan kecakapan dan ketangkasannya masing-masing.
Semuanya memukau penonton.
Pada saat
yang bersamaan, tiba-tiba di tengah-tengah arena pertandingan muncul seorang
kesatriya yang gagah dan tampan rupanya. Kesatriya gagah dan tampan itu
berpakaian sangat indah sesuai dengan kegagahan dan ketampanannya. Sang baginda
raja menduga-duga, siapakah kesatriya gagah perkasa yang tampan rupanya itu? Adapun
kedua saudara kandung Melati tak luput mengejek adiknya putri bungsu,
“Hai Melati,
kesatriya gagah pemuda tanpan itulah yang pantas menjadi suamimu atau suamiku. Mengapa
kamu mau menerima Joko Kendil yang cebol dan buruk rupa itu? He he he…!”
Tak tahan
dengan ejekan dan celaan ke dua saudaranya itu, Melati berlari sambil menangis
meninggalkan tempat duduknya, sementara pertandingan terus berlangsung. Sesampai
di biliknya, ia agak terkejut karena di sudut biliknya itu tergeletak kendil
dalam keadaan kosong. Melati semakin kesal, lalu iya membanting kendil tersebut,
praaang! Suara kendil pecah berkeping-keping berserakan di lantai biliknya. Sementara
itu di luar pertandingan adu ketangkasan telah berakhir dan pemenangnya adalah kesatriya
tampan, pemuda yang gagah perkasa tadi. Pada saat itu pula, secara tiba-tiba
berkelebat bayangan yang memasuki bilik sang Putri Bungsu, Melati. Bayangan itu
ternyata adalah sang pemuda gagah nan tanpan pemenang sayembara adu ketangkasan
tadi.
Di dalam
kamarnya itu, Joko Kendil mencari kendilnya yang ternyata sudah pecah
berkeping-keping. Pada saat bersamaan dilihat istrinya, si Putri Bungsu sedang
menangis tersedu-sedu. Kemudian Joko Kendil membelai rambut istrinya seraya
menyentuh dagunya. Tentu saja sang Putri Melati menjadi terperanjat dan ia
menepis tangan Joko Kendil berlari ke sudut kamar dengan sangat ketakutan. Menanggapi
kejadian ini akhirnya Joko Kendil menjelaskan semuanya, bahwa dia akan menjadi
seorang kesatriya kembali setelah ada seorang putri yang mau mencintainya dan mau
berkorban untuk menjadi istrinya dengan tulus murni. Melihat perubahan bentuk pada diri Joko
Kendil, Putri Melati menjadi amat suka cita dan mereka berdua akhirnya hidup
bahagia. Sedangkan Joko Kendil kini telah menjadi panglima kerajaan. Sebaliknya
keadaan ini telah membuat iri hati ke dua saudaranya, dan memohon maaf kepada
Melati, menyesali perbuatannya. Referensi:
James Dananjaya: “Cerita Rakyat Dari Jawa
Tengah”Jakarta:1992. PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar