Lipan-lipan menyerang bala tentara China |
Blog Sita Rose – Jumat, 16 Agustus 2013 – 20:11 WIB – Adik-adik, selamat jumpa lagi dengan kak Sita. Oya,
kali ini kakak akan bercerita tentang asal-usul Danau Lipan yang lokasinya
berada di Kecamatan Muara Kaman. Kira-kira 120 km di hulu Tenggarong, Kabupaten
Kutai, Kalimantan Timur.
Adik-adik, di dalam sejarah
Muara Kaman tercatat sebagai tempat berdirinya kerajaan Hindu pertama dan
tertua di Nusantara yaitu Kerajaan
Mulawarman. Di belakang Kantor Camat Muara Kaman yang menghadap ke Sungai
Mahakam, jelasnya di belakang kota Muara Kaman, terdapat padang luas yang
ditumbuhi semak belukar dan pohon perdu. Padang luas tersebut diberi nama Danau Lipan karena dahulunya tempat itu
merupakan sebuah danau yang cukup luas menyerupai lautan. Memang Muara Kaman
ini termasuk daerah pesisir Brubus, kampung Muara Kaman Ulu yang sekarang
dikenal bernama Benua Lawas. Karena
berlokasi di tepi laut, maka tempat ini menjadi bandar yang ramai dan banyak
dikunjungi orang dari berbagai negeri termasuk negeri China. Adik-adik
tercinta, dari sinilah kak Sita akan memulai ceritanya. Selamat membaca!
Diceritakan sebuah
kerajaan yang amat terkenal dipimpin oleh seorang wanita berparas cantik jelita,
sakti mandraguna bernama Putri Aji
Bedarah Putih. Diberi nama demikian karena jika sedang nginang makan sirih,
dan menelan air sepahnya, maka air sepah yang berwarna merah itu nampak terlihat
mengalir di kerongkongannya.
Kecantikjelitaan,
kemolekan, dan kesaktian serta keanehan Putri Aji Bedarah Putih telah membuat
seorang raja China tergiur untuk meminangnya. Dengan segenap para pengawal dan
prajurit andalannya maka berangkatlah sang raja China ini dengan menumpangi Jung-nya (kapal besar) berlayar menuju kerajaan Putri Aji Bedarah Putih di
Muara Kaman, Kutai. Sesampai di daratan
Muara Kaman, raja China langsung menuju istana kerajaan Putri Aji Bedarah Putih
dan mengutarakan maksudnya hendak melamar, meminang sang Putri menjadi
permaisurinya.
Sebelum sang raja
China mengucapkan kata-kata pinangan, Putri Aji Bedarah Putih menjamu raja
China dengan berbagai jamuan dan hidangan makanan untuk disantap bersama-sama
sang Putri. Sesungguhnya Putri Aji Bedarah Putih bermaksud menguji sampai
sejauh mana perangai dan sikap sebagai seorang raja dalam beretika. Saat raja
China menyantap makanan dalam jamuan tersebut dengan menyosop layaknya seekor anjing sedang makan, sang putri merasa
jijik melihatnya. Bagaimana mungkin itu bisa dilakukan oleh seorang raja besar
yang memiliki pasukan kuat dan para pengawal yang hebat luar biasa. Ia merasa
tersinggung dengan prilaku raja China yang jorok. Makan tidak dengan tangan
tetapi dengan mulut, menyosop seperti seekor anjing. Bagi sang Putri Aji Bedarah
Putih ini merupakan penghinaan dan tidak bisa menyesuaikan diri dengan etika
pergaulan di negerinya. Setelah selesai menyantap hidangan, sang Putri Aji Bedarah
Putih pun menolak keras pinangan sang raja China dengan berkata, “Bagaimana mungkin saya bisa hidup
berdampingan dengan orang yang cara makannya saja sangat tidak saya sukai. Dan,
betapalah hinanya seorang putri berjodoh dengan manusia yang cara makannya
layaknya seekor anjing.”
Mendengar kata-kata
penolakan dan hinaan yang menyakitkan hatinya itu tentu saja sang raja China
menjadi sangat berang dan marah luar biasa. Untuk membalas rasa malu dan rasa
sakit hati yang luar biasa maka tak ada jalan lain dengan menghancurkan negeri
Muara Kaman dan kerajaannya yang dipimpin Putri Aji Bedarah Putih. Berkatalah
sang Raja China dengan kemarahan disertai ancaman kepada sang Putri, “Hm, sungguh tak kusangka jika mulutmu
sungguh bertolak belakang dengan kecantikanmu. Tunggulah kehancuran negerimu,
segenap rakyatmu, dan kerajaanmu akan aku musnahkan, akan aku hancurkan, akan
aku luluhlantakkan hingga menjadi debu!”
Setelah berkata
demikian maka raja China dengan para pengawalnya pergi begitu saja meninggalkan
sang Putri Aji Bedarah Putih yang masih duduk disinggasananya dengan sikap
penuh keberanian dan sikap menantang.
Siang hari itu
terjadilah perang dahsyat. Prajurit-prajurit handal dari pasukan China yang
dipimpin langsung oleh rajanya yang telah sakit hati, menyerbu kerajaan Putri Aji
Bedarah Putih dengan beringas membunuh semua prajurit Muara Kaman yang memang
kalah dalam segala-galanya baik jumlahnya maupun tingkat kedigdayaannya. Bala
tentara kerajaan China yang dipimpin rajanya bagaikan air bah, gelombang pasang
lautan yang datang menghanyutkan apa saja, menyerbu bala tentara Putri Aji
Bedarah Putih hingga luluh lantak perlaya tewas seketika tak tersisa satu pun
jua.
Melihat pasukan dan
segenap rakyat negerinya pupus, hancur musnah, sang Putri Aji Bedarah Putih
demikian sedih. Dia menjadi murka tiada tara kepada seluruh tentara China dan
rajanya yang telah menghancurkan negerinya. Sang Putri segera memakan sirih
yang ada ditangannya dan mengunyahnya sambil berkata di depan Sumur Air Berani, tempat air suci sumber
kekuatan sang Putri Aji Bedarah Putih dan Kerajaannya, “Jika benar aku ini tutus raja sakti, maka jadilah sepah-sepah sirihku
ini menjadi lipan-lipan besar yang mampu memusnahkan raja China beserta seluruh
bala tentaranya.” Setelah berkata demikian, disemburkannya semua
sepah-sepah yang ada di mulutnya ke arah bala tentara China yang masih berada
di arena pertempuran berkacak pinggang dengan sombongnya. Sejenak kemudian
sepah-sepah sirih itu berubah menjadi lipan-lipan besar melebihi ukuran lipan
sebenarnya. Lipan-lipan itu dengan cepat menyebar mengejar dan membunuh dengan
bisanya seluruh bala tentara China yang ada. Raja dan segenap pengawal yang
masih tersisa berlari tunggang langgang menuju pantai tempat berlabuh Jung,
kapal sang raja China. Akan tetapi lipan-lipan sang Putri Aji tak memberi
ampun, dan terus mengejar bala tentara China hingga kekapal. Sampai akhirnya
semuanya tewas tenggelam bersama kapalnya.
Bersamaan dengan
tenggelam dan tewasnya seluruh bala tentara China beserta rajanya, gaib pula
sirna entah kemana sang Putri Aji Berdarah Putih dengan Sumur Air Berani yang
menjadi sumber kekuatan sakti itu. Demikian pula dengan lipan-lipan yang
berasal dari sepah-sepah sirih sang Putri. Tempat Jung atau kapal raja China tenggelam
dan air danaunya yang semakin mendangkal menjadi daratan padang yang luas.
Demikian itulah yang sampai sekarang dikenal dengan nama Danau Lipan.
Adik-adik,
demikianlah legenda asal nama Danau Lipan. Jadi Danau Lipan yang sekarang hanya
merupakan padang luas dengan alur dan kubangan air di sana-sini. Akan tetapi
Danau Lipan yang sebenarnya akan nampak jika tiba air pasang atau banjir besar
melanda daerah itu. Hal tersebut terjadi kerena semak-semak dan perdu yang
terdapat di situ terendam dibawah permukaan air yang menggenanginya. Maka
sejauh mata memandang hanya air dan kota Muara Kaman yang nampak kelihatan, dan
hal tersebut betul-betul mengingatkan kita pada Muara Kaman tempo dulu saat
kota itu masing terapung di atas air danau layaknya lautan. Cerita Danau Lipan
dengan Putri Aji Bedarah Putihnya sampai sekarang pun masih hidup di kalangan
penduduk Muara Kaman.
Konon di tahun
limapuluhan penduduk setempat menemukan rantai besi berukuran besar yang
diperkirakan adalah bekas rantai kapal atau Jung raja China yang pernah
menyerbu kerajaan Muara Kaman, dan tenggelam di danau karena diserbu oleh
lipan-lipan berukuran besar jelmaan dari sepah-sepah yang disemburkan Putri Aji
Bedarah Putih yang memerintah saat itu.
Di tahun
enampuluhan, salah seorang penduduk Muara Kaman Ilir yang sedang membersihkan
halaman belakang rumahnya melihat seekor lipan besar melintas di hadapannya.
Lebar badannya sekitar 20 cm dengan panjang badannya sekitar 1 m. Saking
terkesima yang disertai rasa takut melihat lipan sebesar itu orang tersebut
menderita demam sawan selama tiga hari. Setelah sadar baru Ia bisa menceritakan
kepada tetangganya dengan apa yang dialami dan dilihatnya. Apakah lipan
tersebut salah satu tentara dari Putri Aji Bedarah Putih? Entahlah, wallahualam
(SP091257)
Penulis:
Sita Rose SP
Referensi:
Depdikbud 1979.
“Kumpulan Cerita Rakyat Kutai”. Dewan Redaksi Penerbitan Kutai
rame jua kesahnya yooh..trims
BalasHapus