Rabu, 11 Januari 2012

"JOKO BODO" Diceritakan Kembali Oleh Sita

Sita: Joko "Bodo"
KAMIS, 12 JANUARI 2012 - SITA BLOG - Diceritakan di suatu kampung ditepi hutan tinggal seorang janda bersama putra yang sangat dicintainya meskipun putranya itu teramat pandir dan bodoh bernama Joko Bodo. Nama Joko Bodo merupakan nama pemberian masyarakat setempat karena dia dikenal sebagai seorang perjaka yang teramat bodoh.
 
Suatu ketika Joko Bodo disuruh ibunya mencari kayu di hutan untuk memasak. Secara kebetulan di tengah hutan di bawah pohon yang cukup rimbun, di samping sebatang kayu kering  besar, Joko Bodo melihat seorang wanita cantik yang sedang tidur nyenyak.  Terkesima oleh kecantikan wanita itu, Joko Bodo lalu menghampirinya seraya berkata:
“Wahai Tuan Putri yang sangat jelita! Bangunlah, hari sudah menjelang petang dan malam akan segera tiba”. Tukas Joko Bodo sambil mengguncang-guncangkan tubuh wanita itu agar bangun dari tidurnya yang nyenyak, akan tetapi wanita itu tetap tidak mau bangun bahkan tidak bergerak  sama sekali.
Setelah berulang-ulang Joko Bodo membagunkan wanita itu akan tetapi tidak juga mau bangun, akhirnya Joko Bodo membopong wanita itu lalu dibawa pulang ke rumahnya. Setibanya di rumah, Joko Bodo membaringkan wanita itu di kamar ibunya yang pada saat itu ibunya sedang memasak di dapur untuk persiapan makan malam. Joko Bodo menghampiri ibunya dan menceritakan peristiwa yang baru saja dialaminya itu kepada ibunya:
“Ibu, aku tadi menjumpai seorang wanita cantik jelita dan manis rupanya sedang tertidur lelap di hutan. Aku lalu membangunkannya sampai berulang-ulang, akan tetapi wanita itu tidak mau bangun juga. Akhirnya wanita itu aku bawa pulang, aku bopong ke rumah. Sekarang wanita itu ada di kamar ibu masih tertidur lelap”.

“Ibu sangat bersuka cita mendengar ceritamu, Joko Bodo! Apakah kamu menyukai wanita itu?” Tanya ibunya kepada Joko Bodo.
“Sudah tentu ibu, aku sangat menyayanginya! Bahkan kalao boleh aku ingin mengawinya ibu!”
“Baiklah! Kalau begitu, sekarang kau bangunkan wanita itu, kita ajak untuk makan malam bersama-sama kita!”
“Jangan, ibu! Aku kasihan kepadanya karena dia masih tertidur nyenyak, besok pagi saja jika sudah bangun”. Jawab Joko Bodo dengan suara yang agak keras.
Demikianlah sore telah berganti malam, malampun telah berganti pagi, pagi telah berganti siang.  Akan tetapi wanita itu tidak mau keluar juga dari kamar tidur, pintunya masih tertutup rapat. Menyadari kejadian ini, ibu Joko Bodo merasa cemas. Khawatir dengan keadaan wanita yang sangat dicintai oleh putranya itu. Kemudian dia masuk ke kamar tidurnya, apa yang terjadi? Ternyata di kamar tidur itu tercium bau aroma tak sedap, bau mayat yang sudah mulai membusuk yang bersumber dari tubuh wanita yang dibawa putranya itu. Ternyata wanita itu memang sudah meninggal dihutan sebelum dibawa oleh Joko Bodo, dan Joko Bodo tidak tahu akan hal ini. Lalu ibu Joko Bodo bergegas menemui putranya dan berkata:
“Wahai putraku, wanita yang kau jumpai di hutan itu sebenarnya sudah meninggal sebelum kau bawa pulang ke rumah. Kau lihatlah sendiri, baunya pun sudah tak sedap, bau mayat yang mulai membusuk!” Tukas ibu Joko Bodo sambil mengarahkah telunjuknya ke arah mayat wanita itu.
“Tidak ibu, aku tidak percaya wanita itu sudah meninggal. Dia masih tertidur nyenyak, sebentar lagi dia akan bangun, percayalah padaku ibu!” Jawab Joko Bodo meyakinkan ibunya.
“Joko Bodo putraku, kau harus melihat kenyataan ini, sekali lagi aku katakan, bau busuk itu berasal dari mayat wanita itu, dan bau busuk itu adalah tanda bagi orang yang sudah meninggal”.
“Baiklah ibu, sekarang aku baru mengerti kalau bau busuk adalah tanda orang yang sudah meninggal”.
Akhirnya Joko Bodo menyadari, dia pun segera mengangkat mayat wanita itu dari kamar ibunya  lalu membopongnya keluar untuk dibuang ke sungai dekat hutan tempat menemukan wanita tersebut.
Diceritakan kemudian.  Suatu ketika saat sedang memasak di dapur, ibu Joko Bodo kentut, dan kentutnya itu mengeluarkan bau busuk yang teramat sangat, dan bau busuk tersebut sampai tercium ke hidung Joko Bodo.  Mencium bau busuk yang bersumber dari tubuh ibunya itu, Joko Bodo mengira ibunya sudah meninggal. Sambil menangis tersedu-sedan, diangkat dan diboponglah tubuh ibunya yang sangat dicintainya itu ke luar untuk dibuang kesungai di pinggir hutan. Ibunya berteriak-teriak, menjerit-jerit sepanjang jala:
“Joko Bodo, ibumu ini belum meninggal! Bau busuk yang keluar dari tubuh ibu itu adalah kentut, karena ibu banyak makan ubi rebus tadi! Turunkan ibu, Joko Bodo!” 
Teriakan ibunya tetap tidak diindahkan oleh putranya, Joko Bodo terus membopong ibunya ke pinggir hutan dan dibuangnya tubuh ibunya itu ke sungai yang sama, di mana tempat dia membuang wanita yang dijumpainya di hutan. Ibunya pun meninggal.  Kejadian ini membuat Joko Bodo semakin bersedih. Di tengah perjalanan pulang dia beristirahat di bawah pohon. Secara kebetulan dia kentut sama seperti ibunya, dan mengeluarkan bau busuk yang tak sedap pula. Mencium bau busuk dari tubuhnya sendiri, dia pun mengira dirinya sudah meninggal. Akhirya Joko Bodo berlari, kembali ke sungai tempat mebuang tubuh ibunya. Tanpa rasa sungkan dan takut dia menceburkan dirinya ke dalam sungai. Joko Bodo pun meninggal pula tenggelam bersama-sama dengan kebodohannya sendiri. (Sita11012012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar