Dawud vs Jalut |
MINGGU, 02 SEPT 2012 –
SITA BLOG : Ketika
kaum Bani Israel dijajah oleh bangsa lain dari negeri seberang dibawah pimpinan
Jalut yang berbadan tinggi besar
bagaikan raksasa, mengerikan, sakti dan sukar dikalahkan, kaum Bani Israel dipimpin
oleh Thalut. Thalut dikenal seorang yang cerdas dan banyak akal serta ahli
dalam strategi perang. Oleh rakyatnya ia dipilih menjadi raja atas saran dari Syamuel,
seorang Nabi yang memiliki kemampuan melihat ke depan. Setelah dipilih menjadi
raja, Thalut memperkuat strategi pertahanan Bani Israel dengan melatih,
memperkokoh kembali, serta banyak merekrut para pemuda untuk menjadi prajurit
dan pasukan inti Bani Israel. Banyak para pemuda yang begitu semangat mendaftar
untuk menjadi prajurit, tentu saja mereka rela berkorban, berjuang untuk
melepaskan belenggu penjajahan yang sudah sekian lama mencengkeram negeri
mereka. Kabar pendaftaran merekrut para pemuda untuk menjadi prajurit Bani
Israel sampai juga ke telinga Yisya di Bethlehem yang memiliki tiga belas orang
putra. Yisya memerintahkan kepada putra-putranya untuk mendaftar menjadi
prajurit Bani Israel kecuali Dawud karena bertubuh kecil,masih muda belia, tak
layak untuk menjadi seorang tentara. Ia hanya diizinkan ayahnya menjadi gembala
kambing, pengantar susu dan makanan untuk saudara-saudaranya di medan tempur.
Ketika Dawud sedang mengantar susu dan makanan untuk saudara-saudaranya di
medan tempur, Nabi Syamuel yang memiliki kemampuan untuk melihat ke depan,
melihat Dawud seperti apa yang ada dalam benaknya yaitu seorang pemuda yang kelak
mampu melepaskan kaum Bani Israel dari belenggu penjajahan. Syamuel segera
mendekati Dawud seraya memegang kepalanya, “Benar,
ada minyak membekas di terompetku ketika kulekatkan di rambutnya!” Nabi Syamuel segera memanggil Thalut dan
berkata,
“Thalut,
coba kau bawa baju besi baja itu ke
mari. Apabila Dawud pas dapat memakainya, maka berarti benar, dialah orang yang
aku cari, yaitu orang yang mampu mengalahkan Jalut si raksasa itu!” Benar
saja, ketika baju besi baja itu digunakan oleh Dawud, baju yang terbuat dari besi
baja itu seakan menjadi elastis, ringan, mengikuti kemana saja gerakan Dawud.
Ia pun segera bergabung dengan prajurit Thalut yang memang sedang berperang
dengan prajurit musuh di bawah pimpina Jalut si raksasa yang terkenal dengan
kebuasannya dan kesaktiannya itu.
Sementara
di medan pertempuran, tentara Bani Israel semakin terdesak. Banyak sudah
prajurit Thalut yang tewas, mati terbunuh oleh kebuasan tentara Jalut. Akan
tetapi sebagai seorang yang sudah berpengalaman dan ahli dalam strategi perang,
Thalut tidak gentar, ia terus memberi semangat kepada semua prajuritnya untuk
berjuang sampai titik darah penghabisan dengan mengkomando pasukannya untuk
mengadakan serangan balik. Meskipun jumlah prajurit Thalut kalah jauh dibanding
pasukan Jalut baik dari segi jumlah maupun persenjataan, Thalut terus
menganjurkan kepada semua prajurinya untuk menggunakan kecerdikan dan
kecerdasan akalnya, bukan hanya sekedar kekuatan fisik yang jika itu menjadi
andalan utama tentu akan mengalami kekalahan total karena pasukan Jalut justru
sangat unggul dalam segi kekuatan fisik. Memang adalah menjadi fakta di
lapangan. Pada waktu itu, pasukan Bani Israel di bawah pimpinan Thalut dan Nabi
Syamuel sebagai penasehat pertempuran, memiliki kecerdasan tinggi. Selain itu
mereka juga mempunyai semangat tinggi, keteguhan iman dan kekuatan ruhani yang
demikian mendalam. Hal seperti inilah yang membuat pasukan Bani Israel tetap
mampu bertahan dari gempuran pasukan Jalut yang demikian kuat dan besar.
Pasukan Thalut mengadakan serangan balik. Thalut beberapa kali dapat
menumbangkan prajurit Jalut dengan pedangnya. Ternyata keberhasilan serangan
balik ini adalah berkat adanya kegigihan Thalut yang dibantu oleh salah seorang
prajuritnya yang baru bergabung yaitu Dawud. Meskipun Dawud bertubuh kecil dan
muda belia, tetapi ia ternyata dikaruniai oleh Allah kekuatan dan kesaktian
yang sangat besar bahkan tak mempan senjata tajam. Ia memiliki kekebalan tubuh.
Besi baja sekuat apa pun dengan mudah dapat dibuat seperti benda lunak yang
bisa dibentuk dengan sesuka hati oleh Dawud. Dengan kesaktiannya inilah Dawud
mampu membuat pasukan Jalut menjadi porak poranda.
Menghadapi
dan melihat kenyataan pasukannya sudah banyak yang tewas, strategi tempur
pasukannya pun sudah demikian kacau porak poranda, Jalut menjadi berang. Dia
mengamuk kesana kemari di medan tempur, mengobrak-abrik pasukan Thalut bahkan
Thalut nyaris terbunuh oleh pedang Jalut yang demikian besar itu. Melihat ini Daud pun segera turut membantu
Thalut yang sudah demikian terdesak oleh Jalut. Terjadilah perang tanding
antara Jalut dan Dawud yang nampak demikian tak seimbang. Jalut dengan badan
yang demikian tinggi besar dan Dawud dengan tubuh kecil. Sama seperti Jalut
dengan pedang dan tameng besarnya, Dawud juga menggunakan pedang dan tameng
kecilnya. Dalam sejarah barat pertempuran antara Jalut dan Dawud ini
diidentikkan dengan pertempuran Goliath dan David. Cerita yang
menggambarkan pertempuran anak kecil melawan raksasa ganas. Goliath (Jalut),
dan David (Dawud). Dalam pertempuran antara Jalut dan Dawud ini, tentu sepintas
kilas orang akan mengira Dawud akan begitu mudah dapat dikalahkan oleh Jalut.
Akan tetapi ternyata fakta dilapangan mengatakan lain, justru Dawud dapat
mendesak Jalut. Berulang kali pedang Dawud dapat melukai tubuh Jalut, dan Jalut
semakin berang, marah, kecewa, ia mengamuk bagaikan harimau lapar. Ternyata
kesaktian dan kekuatan Jalut yang demikian besar itu tak mampu menjatuhkan
seorang anak muda belia bertubuh kecil. Keadaan ini menambah marah dan naik
pitam Jalut, ia mengeluarkan segenap kekuatan dan kesaktiannya. Suatu ketika
pedang Jalut yang demikian besar itu ditebaskan ke tubuh Dawud dan tepat
mengenai tubuhnya, meski tak terluka Dawud sempat terhuyung ke belakang akan
tetapi tetap berdiri kokoh, siap mengadakan serangan balik. Pada saat itu ia
ingat pada senjata andalannya yaitu sejenis ketapel (ambin) dan tiga buah batu
yang disimpan di dalam kantong yang didapat dari sungai saat mandi di sungai
pada waktu menggembala kambing-kambingnya. Dawud pun berancang-ancang untuk
menyerang Jalut dengan senjata ketapel andalannya itu. Melayanglah batu pertama
tepat mengenai sasaran mengenai penutup kepala Jalut yang terbuat dari besi dan
penutup kepala itu lepas dari kepala Jalut. Jalut tertawa terpingkal-pingkal
meremehkan Dawud dengan senjata ketapelnya itu. Jalut terus mendesak Dawud yang
terus ke belakang mengambil jarak tembak untuk melepaskan batu ke duanya. Batu
kedua pun dilepaskan, dan Praaak! Batu itu tepat mengenai kening Jalut, darah
menyembur dari kening Jalut yang terkena batu. Jalut semakin berang terbakar
api kemarahannya, ia terus mendesak Dawud. Belum menyadari dan merasakan apa
yang terjadi di keningnya, batu ketiga meluncur dengan pesat ditambah dengan
tebasan pedang yang begitu cepat melesat membuat Jalut tak berdaya dan
kepalanya remuk oleh senjata andalan dan pedang Dawud. Akhirnya Jalut sang
raksasa ganas penjajah kaum Bani Israel itu tewas mengenaskan di tangan Dawud.
Melihat rajanya telah tewas, pasukan Jalut lari tunggang langgang menyelamatkan
diri kembali ke negerinya. Pasukan Bani Israel mengalami kemenangan gemilang
dan lepaslah mereka dari belenggu penjajahan yang selama ini mencekeram
kebebasan mereka untuk hidup di negerinya sendiri.
Peristiwa
terbunuhnya raja Jalut oleh Dawud membuat raja Thalut semakin mengagumi Dawud.
Thalut dan para pasukannya hampir tidak mempercayai jika tidak melihatnya
sendiri. Bagaimana seorang anak muda dengan tubuh sekecil itu dengan mudah bisa
mengalahkan Raja Jalut yang sangat kesohor akan kesaktiannya di pelosok negeri
itu. Atas jasanya menyelamatkan Bani Israel dari gempuran musuh dan cengkeraman
penjajah Dawud pun diangkat menjadi panglima perang Bani Israel. Rupanya
kematian mengenaskan Jalut membuat sisa-sisa pasukan Jalut yang dapat
menyelamatkan diri itu menyusun kekuatan baru. Mereka membentuk pasukan baru
kemudian menyerang kembali pasukan Bani Israel di bawah pimpinan Thalut dengan
panglima perang Dawud. Dalam pertempuran ini pasukan Thalut di bawah panglima
perang Dawud kembali dapat memenangkan pertempuran mengusir penyerang yang lari
kocar kacir dan tunggang langgang. Akan tetapi Dawud tak memberi ampun kepada
mereka semua, ia tak mau lagi mereka semua menyusun kekuatan kembali dan
menyerang kembali Bani Israel di kemudian hari. Dalam pertempuran yang ke dua
ini dipihak pasukan Bani Israel jatuh korban yaitu pimpinan mereka sendiri
yaitu Thalut. Kematian Thalut membuat duka nestapa segenap kaum Bani Israel.
Thalut menjadi pahlawan Bani Israel. Kemudian tampuk perintahan diwariskan pada putra mahkota anak tertua Thalut. Akan
tetapi di bawah pemerintahan anak-anak Thalut, pemerintahan bukan menjadi baik
dan sejahtera, melainkan malah menjadi tak terkendali, korupsi semakin meraja
lela, jalannya pemerintahan menjadi kacau balau di semua lini. Pendek kata
pemerintahan Bani Israel di bawah kekuasaan putra Thalut menjadi semrawut.
Melihat
kaum Bani Israel sudah betul-betul di ambang kehancuran, Dawud pun mengambil
alih kekuasaan dari tangan anak Thalut yang korup tersebut. Terjadilah perang
kekuasaan, dan terjadi pertempuran antara pasukan pendukung Dawud dan pasukan
kerajaan pendukung anak Thalut. Pada akhirnya pasukan Dawud dapat membasmi
pasukan anak Thalut, dan Dawud pun dinobatkan menjadi raja kaum Bani Israel,
memerintah dengan secara bijaksana,seadil-adilnya. Dalam sejarah, kaum Bani
Israel di bawah pimpinan Dawud menjadi negeri yang subur dan sejahtera, gemah
ripah loh jinawi karena dipimpin oleh seorang raja yang tegas, jujur, adil, dan
berwibawa. Selain menjadi seorang raja, Dawud juga seorang nabi yang sekaligus
Rasul Allah dengan Kitab Suci Zabur sebagai acuan dalam mengelola pemerintahan
dan syareat kemanusiaan. Kitab Zabur merupakan pegangan hidup bagi Nabi Dawud
dan umatnya kaum Bani Israel dalam mengarungi kehidupan yang baik dan mulia.
Nabi Dawud As selain Rasul juga diberikan kemampuan kesaktian yang sukar
bandingannya. Ia diberikan kekuatan bisa melunakkan besi baja sekeras apapun.
Di tangannya besi baja menjadi elastic dan dapat dibentuk menjadi bentuk apa
saja sesuai yang dikehendaki.
Nabi
Dawud As adalah seorang raja, seorang nabi sekaligus Rasul Allah yang memiliki
kesaktian tiada tara, sakti mandraguna, memiliki kemampuan linuwih yang tinggi
oleh karena rajin bertirakat.Dikenal tirakatan Dawud yaitu puasa tirakat yang sering dilakukan oleh
Nabi Dawud dalam waktu yang cukup lama yaitu puasa secara selang-seling, sehari
puasa sehari tidak. Begitu seterusnya. (Referensi:
M.Arief Hakim. “Mutiara Kisah 25 Nabi dan Rasul”. Bandung 2003: Penerbit Marja)
Nabi Dawud As adalah seorang raja, seorang nabi sekaligus Rasul Allah yang memiliki kesaktian tiada tara, sakti mandraguna, memiliki kemampuan linuwih yang tinggi oleh karena rajin bertirakat.Dikenal tirakatan Dawud yaitu puasa tirakat yang sering dilakukan oleh Nabi Dawud dalam waktu yang cukup lama yaitu puasa secara selang-seling, sehari puasa sehari tidak. Begitu seterusnya.
BalasHapus