Peristiwa ini terjadi
pada saat Perang Salib berkecamuk antara pasukan Islam dan Kristen
“Kenapa
tuan masih di sini? Cepatlah kita berangkat ke Madinah, akan tetapi
rahasiakanlah mimpi tuanku itu jangan sampai ada yang tahu!”
Ketika tengah malam
mulai menjelang, berangkatlah Sultan Nouruddin dan Jamaluddin Al-Mushally
bersama 20 orang pengawal dan pengiringnya dengan membawa pundi-pundi mata uang
emas, permata yang mahal-mahal.
Singkat cerita,
sampailah rombongan Sultan Nouruddin Zengky tersebut di kota Madinah, setelah beristirahat sejenak
lalu sultan mandi, berwuduk kemudian melakukan sholat. Tak lama kemudian ia
memerintahkan kepada pengawalnya untuk memanggil semua penduduk kota dan
mengatakan bahwa ia datang ke kota Madinah hanya untuk berziarah ke makam Nabi
Muhammad dan akan membagi-bagikan hadiah kepada seluruh penduduk kota Madinah
terutama bagi mereka yang tidak mampu.
Demikianlah, Sultan
Nouruddin Zengky kemudian membagi-begikan sebagian harta yang dibawanya kepada
penduduk kota Madinah, dan semua merata masing-masing mendapatkan bagiannya.
Akan tetapi ada 2 orang lelaki yang tidak mau menerima pemberian dari sultan
tersebut, dan hal ini merupakan keanehan tersendiri yang mengundang pertanyaan
di hati sultan, karena bukan suatu yang menjadi kebiasaan dari penduduk kota
untuk menolak pemberian sultan. Mendapati
keanehan ini, Sultan Nouruddin Zengky kemudian memerintahkan pengawalnya untuk
memanggil ke dua orang lelaki tersebut untuk menghadapnya. Ketika sultan
melihat wajah ke dua orang lelaki tersebut, ia teringat akan mimpinya, karena
ke dua wajah lelaki itu sama persis dengan kedua orang lelaki yang ada dalam
mimpinya yang ditunjuk oleh Nabi Muhammad S.A.W.
Menurut informasi dari
para penduduk setempat, ke dua orang tersebut bukanlah dari Madinah melainkan
pendatang yang berasal dari negeri Magribi, termasuk penduduk yang baik
dan saleh. Keduanya sering sholat di Raudhah Nabi
kemudian ziarah ke hujrah Nabi. Keduanyapun dikenal pemurah, sering berpuasa,
dan membagi-bagikan sebagian hartanya kepada fakir miskin.
Mendengar laporan ini
Sultan Nouruddin Zengky belum merasa puas, ia masih mencurigai kedua orang
tersebut, ada apa di balik segala sikap kebaikannya? Sebab di dalam mimpinya
Nabi Muhammad berulang-ulang bahkan sampai tiga kali agar menyelamatkan beliau dari
kedua orang ini. Oleh sebab itu untuk mengetahui dengan mata kepala sendiri
dengan apa sebenarnya yang telah diperbuat di Madinah, sultanpun pergi sendiri
ke rumah kedua orang lelaki itu untuk mengetahui keadaan sesungguhnya keadaan
ruang dalam rumahnya.
Apa yang didapat
disana, ternyata di dalam rumah tersebut terdapat banyak harta benda yang
berlimpah, emas, perak, dan batu-batu permata yang mahal-mahal. Kemudian
didapatinya pula sebuah lubang yang setelah diselidiki ternyata menuju ke
hujrah Nabi (kubur Nabi).
Singkat cerita, kedua
orang Magribi itu kemudian ditangkap, diperiksa dan diberi hukuman yang
setimpal dengan kesalahan yang diperbuatnya menurut Islam. Dalam pengakuannya ternyata mereka adalah
bukanlah orang Islam melainkan orang Kristen yang sengaja dibayar oleh tentara
Salib untuk menggali dan mencuri jenazah Nabi Muhammad S.A.W.
Setelah mendengar,
melihat, dan menyaksikan sendiri peristiwa tersebut, alangkah terkejutnya umat
Islam di kala itu, terasa gemetar sekujur tubuh mereka, geram sekali. Apa
jadinya jika upaya mereka sampai berhasil mencuri jenazah Nabi, perlakuan ini
sungguh tidak bisa ditolerir lagi, dan suatu perbuatan terkutuk yang tak bisa
dimaafkan. Akhirnya kedua orang tersebut mendapat hukuman setimpal yaitu dihukum mati.
Kiranya demikianlah
ta’wil mimpi Sultan Nouruddin Zengky itu. Kemudian atas perintah beliau pula,
di sekeliling hujrah Nabi digali sedalam-dalamnya sampai bertemu dengan lapisan
tanah yang mengandung air. Kemudian galian tersebut diurug dengan lempengan dan
bongkahan tembaga hingga penuh sampai di permukaan bumi. Sampai sekarang di
sekeliling hujrah Nabi di dalamnya terdapat beton terbuat tembaga. Hal ini dilakukan agar tidak timbul
kekhawatiran di kalangan umat Islam, jenazah Nabi Muhammad S.A.W akan dicuri
orang.
[ PUSTAKA: C. ISRAR
- SEJARAH KESENIAN ISLAM - BULAN BINTANG
1978 ]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar