Sita Blog – Selasa, 07 Mei 2013 – 20:00 WIB
Adik-adik, sudah lama kak Sita tidak bercerita lewat
blog ini. Sekarang, kak Sita mau bercerita tentang seekor burung Jawa, namanya
burung “Emprit” dan burung ”Tinggalanak”yang berasal dari negeri
Mesir.Menurut ceritanya, burung emprit adalah jenis burung bertubuh kecil,
berbulu hitam berkilauan. Konon menurut yang empunya cerita, burung emprit mampu
terbang ribuan kilo meter jauhnya tanpa merasa lelah sedikitpun.Mirip dan beda
sedikit dengan burung emprit yang bertubuh kecil adalah burung tinggalanak yang
asalnya dari negeri Mesir. Burung tinggalanak juga berbulu hitam, hanya
tubuhnya lebih kecil dibanding burung emprit. Yang unik dari burung tinggalanak
adalah bunyi suaranya yang begitu menyayat. Terdengar sangat memilukan seperti
perasaan orang yang sedang ditinggal mati oleh orang
yang sangat dikasihinya.
Bagi sebagian masyarakat di daerah Jawa terutama
Jawa Tengah, Jawa barat dan masyarakat Jakarta, burung ini dipercaya burung
pembawa berita kematian. Apabila sebuah kampung didatangi burung tinggalanak
ini dan berbunyi berulang-ulang di kampung tersebut, itu suatu pertanda bahwa
akan ada salah satu anggota keluarga di kampung itu yang akan meninggal dunia. Bahkan ada sebagian orang menyebut burung tinggal
anak ini dengan nama burung burung syetan.
Bunyi suara burung tinggal anak ini kalau didengarkan baik-baik seperti
kata-kata dalam bahasa Jawa: “Pit...pit...pit...pit...pit...
balikno Mesirrrr...!”Artinya kira-kira demikian, “prit, prit, prit... kembalikan saya ke Mesir”.
Nah, adik-adik! Kenapa bisa seperti itu? Tentu ini
ada cerita yang melatarbelakanginya. Menurut cerita dari orang tua kakak, dulu ketika
kakak masih kecil saat mau tidur, sering didongengkan berbagai macam cerita.
Jika belum didongengkan kakak belum mau tidur. Salah satu cerita yang
didongengkan itu adalah cerita dongeng burung emprit dan burung tinggalanak
ini. Beginilah ceritanya!
Suatu ketika burung emprit mengembara ke negeri
Mesir yang menurut kabar berita negeri tersebut memiliki hutan dan pepohonan
yang sangat lebat. Begitu pula dengan hamparan persawahan yang luas, subur
dengan padinya yang selalu menguning di setiap saat.Berita ini telah membuat
hati burung emprit tergiur dan terpesona untuk pergi ke negeri Mesir. Maka
tanpa berpikir panjang, apakah cerita itu benar atau tidak, tanpa basa-basi
lagi terhadapsesama handai tolan dan keluarganya di Jawa, burung emprit pergi
mengembara ke negeri Mesir untuk melampiaskan keingintahuannya tentang negeri
yang kaya dan subur itu.Burung emprit pun segera terbang tinggi-tinggi, jauh
melewati beberapa negeri, menyeberangi luasnya samudra.
Di setiap negeri yang disinggahi, Ia tak lupa
bertanya kepada burung-burung yang berpapasan dengannya, dimana letak negeri
Mesir itu. Suatu ketika ia berpapasan dengan seekor burung camar yang sedang
melintas di atas laut negeri Malaysia,
“Wahai
sobat, apakah sobat tahu di manakah letaknya negeri Mesir itu?” Berkata
burung emprit saat berpapasan dengan burung camar yang sedang terbang di atas
samudra, laut negeri Malaysia
.
“Oh, anda
terus saja terbang menuju arah utara! Negeri tersebut masih sangat jauh dari
sini, tetapi anda jangan putus asa karena Mesir adalah negeri yang sangat
makmur, begitulah cerita yang saya dapat dari burung-burung yang sudah pernah
berkunjjung ke sana!” Demikian jawab burung camar yang
dijumpainya itu.
Tentu saja mendengar jawaban yang senada dengan
berita yang telah didapatnya di negeri Jawa itu, membuat tekad sang burung
emprit semakin kuat. Ia pun segera mengepakkan sayapnya lebih kuat lagi terbang
ke arah utara menuju negeri Mesir.
Alkisah, negeri Thailand, Jepang, India bahkan
negeri China telah dilaluinya. Singkat cerita, maka sampailah burung emprit di
negeri Mesir. Akan tetapi yang dilihat di sana tidak seperti kabar yang
didapat. Ia hanya melihat dataran luas dengan pepohonan yang terpisah-pisah, tak
ada hamparan hutan dan persawahan dengan padi yang menguning seperti di negeri
Jawa. Sang burung emprit terus masuk ke dalam lagi melintasi daerah perkotaan
yang ramai dengan lalu lalang orang-orang mesir dengan segala aktivitasnya di
sebuah pasar yang cukup ramai.Sang emprit Jawa terus kepakkan sayapnya.
Tubuhnya yanglelah dan haus mulai mengganggu daya terbangnya. Akan tetapi ia
tak putus asa, semangatnya untuk mencapai negeri Mesir dengan segala kemewahan
dan kekayaan alamnya tidak membuat ia patah semangat. Dan, ia pun terus
kepakkan sayapnya terbang melintasi kota-kota dan dataran luas di negeri Mesir.
Di suatu tempat yang nampak subur dengan sedikit
ditumbuhipepohonan dan sungaiyang airnya begitu jernih, sang emprit melepaskan
lelahnya. Ia bertengger di sebuah dahan pohon memakan buah yang ada di pohon
itu. Sejenak kemudian ia menukik ke sungai untuk minum melepaskan rasa hausnya
dan kembali bertengger di dahan pohon sambil kepalanya menoleh ke arah kiri dan
kanan barang kali ada sebangsa burung lain di daerah itu.
Ketika ia sedang merenung dengan apa yang sudah
dilakukan, pergi mengembara dari Jawa hingga sampai di negeri Mesir seperti
ini, tiba-tiba datang mendekati seekor burung betina berbulu halus berwarna
hitam mirip seperti dirinya yang tak sungkan-sungkan dan malu-malu
langsungmenyapanya dengan ramah dan sopan,
“Kawan, perkenalkan
nama saya Tinggalanak, saya bertempat tinggal di pohon yang ada di seberang
sana itu! Nampaknya anda burung asing di tempat ini, darimanakah asal negeri anda?”
Tanya
burung Mesir kepada burung emprit Jawasambil memperkenalkan nama dan tempat
tinggalnya.
“Oh,
ya... ya...! burung
Emprit Jawa menjawab agak tergagap karena ia tak menyangka ada jenis burung yang
datang menghampiri dan langsung menyapanya dengan penuh keramahtamahan. Setelah
menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri, lalu ia pun melanjutkan
kata-katanya,
“Nama
saya Emprit Jawa berasal dari negeri Jawadwipa di kepulauan Nusantara. Adapun
kedatangan saya ke negeri Mesir ini karena saya terpesona oleh keindahan dan
kemegahan serta segala kemewahan dan kesuburan akan alamnya yang saya dengar
dari berita teman-teman saya yang pernah singgah di negeri anda ini!”
“Oh,begitukah? Jawab
burung Mesir sedikit terperanjat, lalu meneruskan kata-katanya kembali, “tapi apakah malah bukan sebaliknya? Negeri
andalah yang sudah terkenal ke peloksok negeriakan keindahan, kesuburan serta
keramahtamahan penduduknya. Sungguh ketenaran negeri anda Jawa Dwipa Nusantara
itu sudah sampai ke negeri kami, Mesir! Dan, sebagai tanda persahabatan kita,
saya persilahkan anda untuk beristirahat sepuasnya di tempat hunian kami di
pohon seberang itu! Burung Mesir dengan segala keramahtamahannya mempersilahkan
burung emprit untuk singgah beristirahat di tempatnya.
Menerima tawaran persahabatan dengan segala
keramahtamahan dan kebaikan dari burung Mesir, burung Emprit Jawa menjadi
senang dan tak mau menghilangkan kesempatan yang baik itu. Maka ia pun menerima
tawaran itu dengan perasaan suka citalalu berkata kepada burung Mesir yang
bernama Tinggalanak itu,
“Ya, ya,
ya...Tinggal anak! Sungguh anda baik hati dan ramah sekali. Terus terang saya
benar-benar merasa terpuji namun sedikit risih menerima persahabatan ini karena
kita baru saja bersua di tempat ini”. Berkata burung
Emprit Jawa sambil menatap mata burung Mesir yang bening itu.
“Mari
Emprit, kita terbang ke pohon di seberang itu! Di sanalah tempat tinggal kami
bersama kedua anak kami yang masih kecil-kecil”. Demikian ajak
burung Mesir dengan terus terang kepada burung emprit Jawa sambil kepakkan
sayap terbang menuju ke pohon sebelah, sementara emprit Jawa mengikutinya dari
belakang.
Sebentar kemudian sampailah keduanya di tempat
tinggal burung Mesir. Di sana nampak kedua anak dari burung Mesir yang masih
kecil dengan bulu-bulunya yang mulai tumbuhmenghiasi tubuhnya. Saat melihat
kehadiran induknya, keduanya mencicit gembira dan langsung masuk ke dalam
ketiaksayap ibunya.
“Nah,
ini kedua anak kami! Usianya baru dua bulan, sebenarnya kami masih dalam
suasana berduka karena tiga bulan yang lewat ayahnya telah meninggalkan kami, ia
tewas tertembak tak disengaja oleh dua orang pemburu yang datang kemari berburu
kuda Nildi sungai itu”. Dan kedua anak kami ini tak sempat melihat wajah
ayahnya”.
“Oh,
begitukah? Sungguh saya merasa prihatin dan empatik sekali dengan musibah yang
telah menimpa keluarga anda, Tinggalanak. Akan tetapi, lalu bagaimana anda bisa
menyusui kedua anak anda itu dengan tenang, sementara saya melihat tempat ini
begitu sangat rawan bahaya dari bangsa ular pemangsa yang sewaktu-waktu bisa
merayap ke pohon ini?”
“Sebenarnya
itu salah satu yang menjadi pemikiran saya, Emprit Jawa”. Jawab
burung Mesir sambil mempersilahkan kepada burung Emprit Jawa untuk menyantap
buah-buahan yang masih bergantung di pohon tempat tinggalnya itu. Lalu
melanjutkan pembicaraannya lagi, “Saya
merasa, mungkin ini sudah menjadi nasib kami karena di luar sana pun belum
tentu lebih aman dari tempat ini. Dan akhir-akhir ini malah lebih banyak para
pemburu kuda Nil yang datang ke daerah ini. Belum lagi bangsa ular pemanjat dan
burung pemangsa yang tubuhnya besar selalu memonitor kami di sini. Sungguh kami
sangat mengkhawatirkan akan hal tersebut, terutama untuk kedua anak kami yang
masih kecil ini”. Mendengar kata-kata seperti itu dari induknya, kedua
anaknya semakin menelusupkan tubuhnya ke balik sayap induknya seakan mereka
sudah mengerti dan faham dengan situasi dan keadaan yang terjadi dengan mereka.
Saat sedang asyik-asyiknya mereka
berbincang-bincang, tak disadari oleh mereka bahwa ada seekor ular berwarna
hijau kecokelatan dengan sisik berwarna kuning di kepalanya, merayap mendekati
mereka mengintai kedua anak burung Mesir hendak memangsanya.Untung saja burung
emprit Jawa melihat ular itu. Ia memang sudah mewaspadai akan keadaan seperti
ini yang sewaktu-waktu bisa terjadi menimpa keluarga burung Mesir. Ia pun
berkata kepada burung Mesir dengan sikap yang lebih tenang agar burung Mesir
dan anak-anaknya tidak gugup melihat dan menghadapi keadaan seperti ini,
“Tinggalanak,
kau lihat itu! Seekor ular hijau kecokelatan yang bertubuh cukup besar sedang merayap kemari. Sebaiknya mari kita bawa kedua anakmu ke tempat yang lebih
aman sebelum ular itu memangsa kita dan kedua anakmu yang masih kecil-kecil dan
belum bisa terbang itu ke tempat yang lebih aman, ya ke pohon yang pertama saya
singgahi tadi”. Dengan cepat burung emprit Jawa membawa salah satu
dari kedua anak burung Mesir, sementara burung Mesir membawa anaknya yang
satunya lagi. Mereka berdua terbang menuju pohon yang tadi disinggahi oleh
burung emprit Jawa. Dan selamatlah jiwa mereka dari bahaya yang barusan
mengancam dan hampir saja melenyapkan jiwanya.(Bersambung)
Penulis:
Slamet Priyadi
Posted:
Sita di Lido - Bogor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar