Sabtu, 15 Februari 2014

Dongeng Sri Pogowanti dan Ular Sawah Bag. 4 Diceritakan Oleh Kak Sita Rose

Pak Pogo didatangi Eyang Pogowonto

Sita Blog - Minggu, 16 Febuari 2013 - 09:56 WIB - Baik, Pogo! Aku masih memberimu kesempatan. Akan tetapi jika sepekan ini kau tak datang ke hutanku, aku akan datang kembali ke sini untuk merampas anakmu yang cantik itu.” Demikian ancaman ular sawah kepada pak Pogo. Nyi Suwanti yang sama sekali tidak mengetahui duduk persoalan yang sebenarnya, menjadi terheran-heran, terkesemima melihat ular sawah yang cukup besar melebihi bentuk ular sawah sesungguhnya. Ia pun lalu bertanya kepada suaminya:

“Pak, sebenarnya ada perjanjian apakah antara bapak dengan ular sawah besar itu? Mengapa ular itu meminta anak kita, Sri Pogowanti?”

Sambil menggaruk-garuk telinga kirinya yang terasa gatal, pak Pogo menjawab pertanyaan istrinya. Sementara di bilik kamar putrinya, Sri Pogowanti melihat, menyaksikan semua kejadian yang baru saja terjadi, dan mendengar ancaman ular sawah yang akan mengambil dirinya untuk dijadikan mangsa:

“Maafkan aku, bu! Aku memang sudah mengadakan kesepakatan dengan ular itu, dan berjanji akan meyerahkan putri kita jika sudah berusia sembilan tahun, sesuai dengan janji yang telah aku sepakati dengan ular itu.” Pak Pogo terdiam sejenak, lalu melanjutkan kata-katanya. “Ini memang kesalahanku karena tidak terus terang mengatakannya kepadamu, istriku! Yakh, pada waktu itu aku tidak berpikir panjang karena keinginan kita yang terlalu besar untuk memiliki seorang anak sehingga menuruti saja syarat yang diberikan oleh ular sawah itu!”

Mendengar semua penjelasan suaminya, Nyi Suwanti semakin penasaran lalu ia pun bertanya lagi kepada suaminya:

“Ada perjanjian apakah bapak dengan ular sawah itu? Oleh karena setahu aku, bapak hanya meminta rebung bambu dari ular sawah itu sesuai petunjuk dari bapak tua yang datang dalam mimpi, bahwa kita akan memiliki seorang anak jika kita berdua memakan rebung bambu  yang kita peroleh dari ular sawah yang berada di hutan bambu sana!” demikian tutur Nyi Suwanti kepada suaminya dengan mimik wajah yang penuh keheranan.

“Ya, bu! Ular sawah itu sesungguhnya adalah salah satu siluman penunggu hutan bambu. Pada waktu itu, saat aku meminta rebung bambu, ular siluman itu mau memberikannya tetapi ada syarat yang harus dipenuhi dan aku menyepakatinya. Ular sawah siluman penunggu hutan bambu itu berkata, “Jika anakmu laki-laki maka kau beruntung, aku tidak akan menuntut apa-apa darimu. Dan yang kedua, jika anakmu lahir perempuan, maka kau harus menyerahkannya kepadaku setelah berusia sembilan tahun. Apakah kau setuju? Pikirkanlah baik-baik, agar tak ada penyesalan nanti!” demikianlah syarat yang diutarakan ular sawah itu kepadaku dengan jelas dan tegas.

“Lalu, sekarang kita harus bagaimana untuk mengatasi semua ini, pak? Terus terang aku tak mau putri kita Sri Pogowanti menjadi korban dimangsa ular itu, aku tak mau kehilangan anak kita, pak!”

Tenanglah, bu! Masih ada kesempatan, masih ada sisa waktu enam hari lagi mencari jalan keluarnya. Semoga Tuhan akan memberi petunjuk kepada kita, berdoalah, bu!”

Ketika pak Pogo sedang berupaya meredam kecemasan dan kekhawatiran istrinya yang begitu takut akan kehilangan putri satu-satunya yang sangat dikasihinya itu, muncul Sri Pogowanti menghampiri kedua orang tuanya lalu berkata:

“Bapak, ibu! Aku sudah melihat dan menyaksikan sendiri semua kejadian tadi, dan aku pun sudah mendengar kata-kata ancaman dari sang ular sawah itu, juga segala perbincangan bapak dan ibu. Bapak, ibu tak usah khawatir! Aku sama sekali tak takut dan tidak gentar barang sedikitpun. Biarkan ular siluman itu datang lagi atau nanti Sri Pogowanti saja yang menemui ular itu di hutan bambu sana!”

Nyi Suwanti dan pak Pogo sedikit terperanjat dengan kehadiran putrinya Sri Pogowanti, mereka berdua lalu memeluk putrinya yang masih berusia 9 tahun. Mereka berdua sama sekali tak menyangka dengan sikap dan kata-kata yang diucapkan putrinya itu yang sedikit pun tak nampak ketakutan. Memang, Sri Pogowanti meskipun usianya baru 9 tahun, tapi penampilan fisiknya sudah seperti gadis dewasa, berani, dan nampak memiliki kecerdasan yang lebih dari anak-anak seusianya. Selain itu, Sri Pogowanti juga anak yang baik, hormat dan selalu patuh kepada kedua orang tuanya. Hal inilah yang menjadikan Pak Pogo dan Nyi Suwanti sangat menyintai putrinya  dan khawatir dan sangat takut kehilangan putrinya yang hanya semata wayang itu.

“Oh, putriku Sri Pogowanti sungguh ibu takut akan kehilanganmu! Bagaimana nanti jika kau dimangsa ular siluman itu?” demikian kata-kata penuh kekhawatiran Nyi Suwanti kepada putrinya. Hal yang sama dirasakan pula oleh pak Pogo yang merasa paling bersalah dengan kejadian semacam ini, ia tak bisa berkata banyak. Dengan mulut bergetar ia menyapa putrinya itu, “Ya, anakku! Maafkanlah bapakmu ini”.

“Bapak, ibu tak usah takut dan khawatir aku akan tewas dimangsa ular siluman itu karena sebelumnya aku sudah mengetahui semua yang akan terjadi, dan aku juga sudah tahu dengan kesepakatan perjanjian bapak dengan ular itu yang akan menyerahkan aku setelah berusia 9 tahun.”

“Oya, lalu dari siapakah kau bisa tahu akan semua ini, anakku?” demikian tanya pak Pogo dan Nyi Suwanti serempak kepada putrinya.

“Dari Eyang Pogowonto yang sering menemani aku saat bermain mencari ikan di sungai!”

“Sri Pogowanti putriku, apakah kau mengenal dengan Eyang Pogowonto itu, bagaimanakah rupanya dan ciri-cirinya?” Tanya pak Pogo kepada putrinya seraya memegang kedua pundak Sri Pogowanti.

“Bapak, ibu tentu saja Sri mengenalnya dengan akrab karena sejak aku berusia 7 tahun, Eyang Pogowonto sudah menemani aku setiap kali pergi ke sungai. Bahkan sering melindungi aku dari ular-ular berbisa yang akan mematukku, juga membantu aku menangkap ikan di sungai!”

“Lalu bagaimana dan seperti apakah ciri-ciri dan raut muka Eyang Pogowonto itu, anakku?” Pak Pogo kembali bertanya kepada putrinya dengan tak sabar karena pertanyaannya masih satu yang belum dijawabnya.

“Eyang Pogowonto itu meski wajahnya sudah sepuh (tua) sekali tetapi nampak kekar dan gagah. Rambutnya panjang, berkumis dan berjanggut panjang dan sudah putih semua. Berbaju warna hitam, bercelana hitam dan memakai kalung hitam di lehernya. Terkadang menggunakan tongkat kayu berwarna hitam pula yang digunakan untuk menunjuk ikan-ikan di sungai yang akan ditangkapnya ketika membantu aku mencari ikan, bapak!” Sri Pogowanti diam sejenak lalu melanjutkan kata-katanya lagi, “Bahkan Eyang Pogowonto juga selalu berkata dan berjanji akan melindungi aku, ibu dan bapak dari bermacam-macam kejahatan yang akan mengganggu dan membahayakan keluarga kita.”



“Oya,...ya,...ya,... Istriku, jika demikian Eyang Pogowonto itu adalah orang tua yang hadir dalam mimpiku itu.” Berkata pak Pogo kepada istrinya, dan dalam hati ia mengucapkan kata-kata terima kasih kepada Eyang Pogowonto karena selama ini ternyata orang tua tersebut telah melindungi putrinya bahkan keluarganya.

“Iya, pak! Kita harus berterima kasih banyak kepada Eyang Pogowonto yang telah melindungi keluarga kita itu.”

 “Akan tetapi, bu! Bagaimana caranya dan dengan apa kita harus mengucapkan tanda terima kasih kepada Eyang Pogowonto itu? Baiklah, bu! Sebaiknya sekarang kita beristirahat dulu karena hari sudah semakin larut malam. Oya, Sri Pogowanti! Tidur dan beristirahatlah besok baru kita pikirkan lagi bagaimana caranya untuk menyelamatkan diri dari siluman ular sawah yang akan datang enam hari lagi!”

Beberapa saat kemudian mereka pun beranjak ke biliknya masing-masing untuk beristirahat dan tidur. Akan tetapi dalam benak pikirannya, pak Pogo masih bertanya-tanya dan belum mengerti dengan sikap Eyang Pogowonto sang baurekso sungai Pogowonto yang begitu baik menjaga dan melindungi keluarganya terutama putrinya, Sri Pogowanti. Lama pertanyaan-pertanyaan itu mengganggu pikirannya tetapi karena matanya semakin mengantuk, akhirnya ia pulas juga tertidur dengan menyimpan banyak pertanyaan yang belum didapat jawabannya.

Dalam tidurnya kembali Pak Pogo bermimpi didatangi  oleh orang tua sang baurekso sungai Pogowonto, Eyang Pogowonto. Dalam mimpinya Eyang Pogowonto berpesan agar membiarkan saja putrinya Sri Pogowanti pergi mendatangi hutan bambu menemui ular siluman sawah yang akan memintanya untuk dijadikan tumbal. Hal itu karena Sri Pogowanti selain memang dijamin keselamatannya oleh Eyang Pogowonto, Sri Pogowanti juga telah diberi mantra pelindung jin, setan dan lain sebagainya oleh Eyang Pogowonto.  (SP091257)



Bumi Pangarakan, Bogor
Posted by Sita Rose




1 komentar:

  1. Salam Untuk Semunya, Saya Bapak Gilang Asal Manado Sulawesi Utara, Saya Bercerita Hanya Sekedar Ingin Berbagi Kpada Teman2 Pecinta Togel Yang sudah Bertahun-tahun Main Tapi Sering Kalah Daripada JPnya. Baca Baik2 Info Yang Saya Ceritakan Ini..! hari Minggu Yang lalu saya buka internet dengan mencari angka prediksi yang akurat, namun sy membaca komentar seseorang yg sdh Jp dan menang banyak berkat di bantu paranormal, saya awalnya tertawa, tamun keesokan harinya ada lagi komentar orang lain yang mengangkat nama paranormal itu, saya pun membuka situs paranormal itu untuk mencari nomor tlp sih paranormal, alhasil saya temukan dan menelponnya beliu yg bernama bpk H. Abah Manzur, Saat berbicara beliu menjelaskan syarat untuk mendapatkan angka, saya pun se7 dan menelesaikannya. 1 jam setelah saya mengerjakan syarat yang di berikan, pak haji memberikan saya angka 4d putaran singapore, saya lansung memasang angka itu dan siip gan angka pak haji betul JP angka 4d 3833 Tembuss..! saya tekejut dan begembira karna saya menang untuk petama kalinya selama 3 bulan main togel, skarang saya jadi member tetap pak haji yang akan mendapat angka gaib untuk antrian berikutnya.. sekian dari cerita saya, semoga bisa menang seperti saya, segera hubungi H. Abah Manzur di nomor: {0853~2048~9499} untuk gabung jadi member, dan butikan saja sendiri anga jitu dari pak haji. Untuk info lengkapnya Silahkan Kunjungi Situnya: https://angkatogelnyata.blogspot.com/ ANGKA TOGEL NYATA TEMBUS












    * * *
    - - - - - - - - - - -
    "TANKS" ROOM' NYA"
    - - - - - - - - - - -
    "SALAM JP

    BalasHapus