Sita Blog - "NINA BOBO"
Jumat, 06 Juli 2018 - 07:12 WIB
Jumat, 06 Juli 2018 - 07:12 WIB
KISAH RAJA BOMANTARA
Karya
: Ki Slamet Priyadi
1. Ringkas Cerita Raja Bomantara
Terkisahlah
seorang raja bernama Bomantara
Ia jadi raja di negara Trajutrisna atau Prajatisa
Masihlah
keturunan sang Batara Kalayuwana
Ia
Putera dari Batara Kala dengan Batari Durga
Gedeng Permoni Ratu Kahyangan Setraganda
Sebab
ketekunanya Bomantara bertapa brata
Maka
ia menjadilah digjaya sakti mandraguna
Tapi
sayang berwataklah kejam angkara murka
Sadis
bengis selalulah menurutkan kata hatinya
Wataknya
itu tergambar dalam rupa wayangnya
Konon
cerita, Bomantara menyerang Suralaya
Kayangan
tempat bersemayamnya dewa-dewa
Bomantara
dapat kalahkan para Dewa di sana
Negara
Gowasiluman pun diserangnyalah pula
Bunuh
Prabu Arimbaji demi kuasai wilayahnya
Setelah dapat kuasai wilayah hutan Tunggarana
Ternyata,
Bomantara masihlah belum puas juga
Dengan
kesaktian, kedigjayaan yang dimilikinya
Ia
pun menyerang negara Surateleng Telengsura
Saat
tempur dengan Raja Narakasura ia perlaya
Narakasura
saat muda bernama Bambang Sitija
Raja
negara Surateleng, putra
Prabu Sri Kresna
Arwahnya
manunggal dalam tubuh Prabu Sitija
Surateleng,
Prajatisa disatukan oleh Prabu Sitija
Prabu
Sitija pun bergelar Prabu Bomanarakasura
Sabtu, 16 Juni 2018
23:02 WIB
2.
Perselisihan Dewa Wisnu dan Brahma
Alkisah tersebutlah kisah dewa maha bisa
Tak lain dialah sang
Batara Wisnu namanya
Sang Penguasa alam Kayangan Jagad Nata
Tiadalah mambang peri
dekati kayangannya
Suatu hari datang
Batara Brahma kepadanya
Demi melihat yang
datang Batara Berahma
Wisnu pun
mempersilahkan Batara Berahma
Duduk berdua bersama-sama
di singgasana
Batara Wisnu pun
bertanya kepada Brahma,
“Aduh, ada maksud apa
tuan Batara Brahma
Datang berkunjung ke
kayangan hamba?”
Batara Berahma pun segera menjawabnya,
“Sengaja hamba datang
ke kayangan Batara
Oleh karena, ada sesuatu yang akan hamba
perlu sampaikan kepada
tuan batara kiranya
hal ini berkaitan
hamba lebih dulu tercipta !”
Demi mendengar
pernyataan Batara Brahma,
Batara Wisnu faham
maksudnya iapun berkata,
“Kalaulah memang
demikian itu yang tuan kata,
Jika tuan lebih tua
dari hamba, apa tandanya ?”
Pertanyaan Batara
Wisnu dijawab Batara Brahma,
“Demikianlah sepanjang
pengetahuan hamba!”
Baik, jika demikian adanya,
Batara Wisnu berkata,
Kini tuan sembunyilah,
hamba cari tuan Brahma!”
“Oya jikalah tuan
Brahma bersembunyi dan hamba
Tak bisa temukan tuan
itulah pertanda tuan Brahma
Benar lebih dulu
dijadikan oleh Dewata Mulia Raja
Dan itu artinya, tuan
Batara Brahma lebih tua usia!”
Setelah selesai Batara
Wisnu berkata Batara Brahma
Gaib
dari dalam istana bersembunyi
entah dimana
Dewa Wisnu tersenyum,
segera ia merubah dirinya
menjadi seekor burung
merak emas yang elok rupa
Burung emas itu
mengikuti terus Batara Brahma
Setelah Batara Brahma
tiba di langit yang pertama
Dia melihat ada seekor
burung emas mengikutinya,
Batara Brahma gaib
pula menuju langit yang kedua
Setiba di langit
kedua, batara Brahma tak menyangka
Burung emas itu masih
jua dapat terus mengikutinya
Maka kembali Batara
Brahma pun gaib ke langit ketiga
Ternyata burung merak itu, masih juga mengikutinya
Sampai di langit yang
keempat dan langit yang kelima
Bahkan sampai di
langit keenam, masih diikutinya juga
Batara Brahma pun
taklah mau mengalah, ia terus saja
menuju ke langit
ke tujuh tempat persembunyiannya
Melihat Batara Brahma masih
jua terus keras berupaya
Gaib ke langit ketujuh
maka merak emas rubah dirinya
Jadi seekor naga yang tubuhnya
seperti bukit besarnya
Naga raksasa itu lebih
dulu tiba di langit ketujuh sana
Di langit ketujuh,
Batara Brahma bertemu naga raksasa
Yang mulutnya terbuka
lebar seperti hendak memangsa
Karenaanya,
berpikirlah Batara Brahma di dalam hatinya
“Hm, rupanya naga ini pun bukanlah naga sebenarnya
Ia merupakan permainan
daripa Batara Mahawisnu jua
Agar aku ini tidaklah
bisa naik ke langit ketujuh jadinya
Maka kusuruh Batara Mahawisnu itu bersembunyi saja
Karena
ia tak bisa lari dari pandangan aku punya mata
Setelah itu maka Batara Brahma pun kembali ke istana
Ya, istana Kayangan
tempat semayamnya Wisnu Batara
Setiba di istana
kayangan, ia justru kagetlah dibuatnya
Sebab di sana ada Sri
Batara Wisnu sedang menantinya
Kejadian ini membuat
Batara Brahma menjadi terkesima
Ia jadi kagum,
pikirnya betapa saktinya Sri Wisnu Batara
Melihat Batara Brahma
keheranan Batara Wisnu berkata:
“Tuan Brahma, apa lagi
yang ingin anda pinta dari saya?”
Jawab Batara Brahma:
“Baik, sekarang giliran tuan hamba
yang bersembunyi, dan
hamba yang mencari tuan Batara
Dan, Apabila tuan
tidak dapat hamba temukan itu artinya
Tuan Batara
Mahawisnulah yang tertua dari pada hamba.”
Maka sahut Batara
Wisnu : “Baiklah, tuan Batara Brahma!”
Sejenak Batara Wisnu
pun lenyaplah dari pandangan mata
Sementara itu Batara
Brahma heran berpur dalam hatinya;
“Kemana aku mencari
Batara Wisnu, ia amat sakti digjaya?”
“Jika demikian aku
lebih baik merendahkan diriku darinya
Agar pekerjaanku itu
tiada dikata oleh para dewa-dewa”
Setelah Batara Brahma
berpikir demikian ia pun berkata :
“Sinuhun, sungguh
tuan memang lebih tua dari hamba
“Tuan hamba dulu yang
dijadikan oleh Dewata mulia Raja
Dari pada segala para
dewa-dewa dan para Indera-indera”
Syahdan kata Batara Mahawisnu kepada Batara Brahma :
“Jikalah sungguh tuan
hendak berhidmat kepada hamba,
Baiklah, tetapi
ada suatu permainan yang indah hamba
Beri kepada tuan Brahma, sebagai tanda hormat saya pula
Batara Brahma
berkata : “sebagaimana titah tuanku
Batara
Itulah yang sangat
hamba junjung tinggi lebih di atas kepala
Maka Batara Wisnu pun
berkata pada Batara Brahma :
“Jika memang demikian
adanya, berdirilah tuan Batara
Mari kita bicara, kita diskusikan secara bersama-sama
Sebentar kemudian lalu keduanya pun berdiri segera
Konon cerita setelah
keduanya saling bertatapan muka
Dari tubuh Batara
Wisnu keluarlah dua berkas cahaya
Kilas cahaya pertama
masuk ke dalam perut bumi loka
Kilasan cahaya kedua melesat terbang ke langit akaca
Lalu berkatalah Batara Wisnu
kepada Batara Brahma :
“Lihat oleh tuan
Batara cahaya yang naik ke langit akaca
Perhatikanlah, ke arah
manakah cahaya itu perginya ?
Sedang saya melihat
cahaya yang masuk ke bumi loka”.
Maka Batara Brahma lakukan perintah seraya berkata :
“Baiklah tuanku Batara
Wisnu penguasa Kayangan loka!”
Batara Brahma jadikan dirinya elang terbang ke akaca
Mengikuti cahaya itu
terbang menuju ke angkasa raya
Demi melihatlah burung
elang jelmaan Batara Brahma
Masih terus terbang
mengikuti cahaya ke langit akaca
Batara Wisnu pun jadikan dirinya
seekor babi raksasa
Yang bentuk tubuhnya ba’ sebesar gunung Himalaya
Babi itupun masuklah
ke dalam bumi mengikuti cahaya
Lalu disungkur tanah
tempat cahaya masuk tiga yojana
Babi jalma Batara
Wisnu itu masuk ke dasar bumi loka
Nampak di
dalam bumi betapalah terang dan eloknya
Nampak pula dalam bumi
loka sana ada mahligai istana
Maka babi jalma Batara
Wisnu itu kembali beralih rupa
Jadilah raksasa
kemudian naik duduk di atas singgasana
Berpeluk tubuh bersuku tunggal tenangkan pikirannya
Tak seberapa lama ia
berlaku demikian, nampak wanita
Di dalam mahligai itu
betapa elok nan cantik parasnya
Batara Wisnu pun
hampiri wanita itu serayalah berkata:
“Wahai puteri nan elok
rupa, siapa puteri punya nama?”
Wanita itu menjawab: “Dewi
Pertiwi hamba punya nama!”
Meskipun menjawab tapi
ada perasaan takut di hatinya
Maka ia pun berlari
gancang sang raksasa mengejarnya
Dipegangnya tangan
Dewi Pertiwi hingga ia tak berdaya
Dewi Pertiwi dibawa ke
dalam mahligai oleh sang raksasa
Yang bukan lain adalah
jelmaan Wisnu Batara penguasa
Maka, Raksasa itu
pun melampiaskan hasrat renjananya
Kepada Dewi Pertiwi
berulang kali hingga berbadan dua
Setelah segalanya
terjadi maka Batara Wisnupun berkata:
“Wahai adinda Dewi Pertiwi yang
elok nan cantik jelita,
Kini saatnya kakanda
akan kembali ke kayangan kakanda
Apabila kelak, adinda melahirkan
bayi laki-laki, kiranya
Petik bunga tanjung
emas dan berikan kepada anakanda
Itulah yang
benama bunga tanjung emas Wijaya Mulia
Batara Wisnu pun
membacakan berbagai macam mantra
Kesaktian Ke dalam itu
bunga tanjung emas Wijaya Mulia
Setelah itu Batara
Wisnu pun kembalilah ke wujud semula
Beralih rupa ke wujud
asli menjadi sang Mahawisnu Batara
Setelah mohon diri
pada Dewi Pertiwi, kembali ke istananya
Tempat bersemayamnya para dewa-dewa Kahyangan loka
Ada pun Batara Brahma
setelah mengikuti cahaya ke akaca
Iapun kembali,
dilihatnya Batara Wisnu duduk di singgasana
Duduk di atas balai
gading, maka segera ia pun naiklah pula
Setelah itu, Batara Wisnu
bertanya kepada Batara Brahma :
“Tuan Batara Brahma,
bagaimana beritanya mengikuti cahaya
Yang menuju ke langit
itu?” Maka dicertakan awal-akhirnya
Mendengar tutur
Brahma, Batara Wisnu cuma tersenyum saja
Demi melihat itu, maka
Batara Brahma pun baliklah bertanya:
“Tuan Bahtara Wisnu,
bagaimana kabar tuan mengikuti cahaya
Yang masuk ke dalam
perut bumi itu?” Dewa Wisnu bercerita,
Dikisahkannya mulai ia merubah dirinya menjadi babi raksasa
Sampai pertemuannya
dengan Dewi Pertiwi yang jadi istrinya
Mendengar tutur cerita
Dewa Wisnu, Dewa Brahma gembira
Dewa Brahma mohon izin untuk kembali ke Kahyangannya
Adapun Kahyangan
antara Batara Wisnu dan Batara Brahma
Tiadalah berapa
jauhnya, antaranya Pada Selatan dan
Utara
3.
Bomantara Sang Batara Wisnu Putra
Alkisah terceritalah maka Dewi Pertiwi lahirkan anak laki-laki
Syahdan tiga hasta lebar
dada, dan tujuh hasta punya tinggi
Kononlah pula segalanya jadi raksasa segala uri dan tembuni
Terlalu amat jahat rupa budi dalam penglihatan Dewi Pertiwi
Maka Dewi Pertiwi buang ke laut darah, tembuni dan uri-uri
Syahdan Batara Brahma lihatlah segala kelakuan Dewi Pertiwi
Ketahui yang dibuang itu anak dari Batara Wisnu sang suami
Maka Batara Brahma ambil segala darah uri-uri dan tembuni
Dipelihara kesemuanya itu hingga menjadi lima raksasa sakti
Lalu sang Batara Brahma memberinya nama sendiri-sendiri
Bayi raksana diberi nama oleh Brahma
Maharaja Bomantara
Segala darah uri-uri dan tembuni yang menjadi raksasa pula
Semua menjadi menteri,
hulubalang, patih, patih
Tomara
Patih Jarasanda, patih Saksa, patih Sapara, patih Wira Angkasa
Patih Pralemba dengan segenap rakyat sebanyak tiga yojana
Syahdan Batara Wisnu melihat yang dilakukan Batara Brahma
Maka dia pun menghampiri
Batara Brahma, seraya bertanya :
“Tuan Brahma, siapakah pemuda ini, anak tuan hambakah dia?”
Jawab Batara Brahma : “Dia ini, tiadalah lain anak tuan hamba
Dan Dewi Pertiwi!” sambil suruh Bomantara sembah ayahnya.”
Sang Boma pun segera
menyembah, mencium kaki ayahnya
Sementara sang Batara Wisnu mengusap kepala Bomantara
Mendekap dan mencium puteranya dengan penuh rasa cinta
Batara Wisnu juga mengajari
ilmu kesaktian dan tata yudha
Setelah itu, Batara Wisnu
beri wejangan kepada Bomantara :
“Wahai anakku Bomantara, jadilah kau anak baik dan berguna
Jangan sekali pun kau mencoba
sakiti orang-orang pertapa!”
Maka Batara Brahma berkata kepada Wisnu ayah Bomantara :
“Tuan Batara Wisnu,
kelak ananda Boma pasti akan jadi raja
Tiada seorang dapat menentangnya sekali pun ia dewa-dewa.”
Kembali Batara Brahma menjelaskan kepada ayah Bomantara :
“Apabila ia mati dan mayatnya kembali tersentuh bumi, maka
Ia hidup kembali. Hanya tuanlah yang dapat mengalahkannya
Segala dewa-dewa dan indera,
cendera, raksasa dan raja-raja
Semuanya akan takut dan takluk kepada Maharaja Bomantara.”
Mendengar penuturan Batara Brahma tentang puteranya Boma
Batara Wisnu hanya tersenyum. Sementara puteranya berkata :
“Ayahanda, berilah patik sebuah negeri tempat patik berkuasa.”
Maka menjawablah Batara
Mahawisnu, dan Batara Brahma :
“Wahai anakku, semua itu kau akan memperolehnya di dunia!
“Batara Wisnu dan Batara Brahma
melanjutkan kata-katanya :
“Maka pergilah sekarang, temui bundamu minta restu padanya
Lalu keluarlah dari kahyangan
ini dan pergilah ke alam dunia.
Di sana kau akan segera
mendapatkan segala yang kau minta
Setelah menemui ibunya, Boma pun izin kepada kedua Batara :
“Baik ayah, paman Batara Brahma, patik akan pergi ke dunia!”
Maka segera Bomantara pun masuklah ke dalam dasar segara
Ambleslah ke dalam bumi sedang Batara Wisnu dan Brahma
Masing-masing pun kembali mendiami
istana kahyangannya
Demikianlah cerita Bomantara yang masih berlanjut ceritanya
4.
Bomantara Merebut Negeri Trajutrisna
Alkisah dalam cerita sang Raja Bomantara turun ke bumi
Ia bermaksud hendak menemui ibundanya Dewi Pertiwi
Pendeklah cerita, maka
Bomantara pun tibalah di bumi
Dia pun menemui ibunya sembah
sujud mencium kaki
Berkatalah Bomantara pada
ibunya yang amat dikasihi:
“Wahai bunda, ananda mohon doa restu ibunda Dewi
Oleh sebab ananda hendak ke luar dari dalam bumi ini”
Ibunya pun ambil pakaian Boma pemberian dari suami
Pun Beri kembang Wijaya Kusuma. Berkata Dewi Pertiwi
Kepada sang Bomantara sang putera yang amat dicintai
“Wahai anandaku tercinta, kembang Wijaya Kusuma ini
Anugerah dari ayahandamu,
miliki kekuatan amat sakti
Seribu kali mati jika tersentuh bumi kau akan hidup lagi
Begitu pula jika segala rakyatmu semuanya perlaya mati
Sapukan ke wajah mereka kembang Wijaya Kusuma ini”
Setelah mendengar penjelasan dari ibundanya tercinta
Tentang anugerah bunga Wijaya Kusuma dari ayahnya
Sang Bomantara pun menyembah kembali sang ibunda
Seraya terima kembang Wijaya Kusuma dari tangannya
Lalu bunga itu pun
ditaruh di atas mahkota kepalanya
Selanjutnya, Bomantara memohon kepada ibundanya
Mencium kembali kaki sang
ibu lalu berjalan ke muka
Yang dikawal segenap para
pengawal dan rakyatnya
Ke luar dari dalam bumi lalu masuklah ke dalam segara
Sang Bomantara naik seekor gajah bernama Gajah Mina
Syahdan maka Gajah Mina
membawa sang Bomantara
Ke permukaan ke luar dari dalam laut menuju ke benua
Setiba di atas permukaan benua, maka sang Bomantara
Turun dari bagian belakang Gajah Mina yang dinaikinya
Lalu naik ke atas batu berdiri
menatap ke arah segara
Sementara Gajah Mina pun kembali lagi ke dasar segara
Maka semua menteri, hulubalang, dan rakyat Bomantara
Ada yang di bumi, berdiri di tepi pantai, dan di angkasa
Dari atas batu karang Bomantara melihat Batara Baruna
Bersama para bidadari melayang turun darilah angkasa
Bermain di tepian pantai mengamambil karang yang ada
Demi melihat banyaklah
raksasa berada di dekat mereka
Para bidadari itu pun berlari ketakutan ke arah mana saja
Menyaksikan hal demikian Batara Baruna naik ke Wilmana
Yang sayapnya terbuat
dari panca logam berkilat cahaya
Batara Baruna merasa heran melihat banyak para raksasa
Tiba ke tempat itu lengkap dengan senjata di tangannya
Demi menyaksikan Batara Baruna duduk di atas Wimana
Maka sang Bomantara pun menghampiri Batara Baruna
Lalu bertanyalah sang Bomantara kepada Batara Baruna:
“Siapa, dan dari mana tuan hamba yang gagah perkasa?”
Batara Baruna tiadalah menjawab pertanyaan Bomantara
Ia justeru balik bertanya : “Tuan ini siapa dan dari mana?”
Bomantara pun menjawab : “Hamba ini Maharaja Boma,
Putera dari Batara Wisnu dan Dewi Pertiwi itu ibu hamba”
“Oh, jika demikian adanya
tuan anak kemonakan hamba,
Oleh sebab Batara Wisnu itu adalah saudara hamba pula”
Sang Bomantara pun segera menghampiri Batara Baruna
Lalu menyembah kakinya, Batara Baruna memeluk Boma
Sungguh tak diduga bisa bertemu dengan keponakannya
Berkatalah Batara Baruna: “ Oh puteraku, Raja Bomantara
Sekarang Wilmana ini ayah berikan kepada ananda Boma
Hendaklah ananda
titahkan dia kelak di
medan yudha.”
Betapa suka-cita hati
Bomantara mendapatkan Wimana
Batara Baruna, dan para bidari kembali ke kahyangannya
Hatta sang Bomantara pun
segera naik ke atas Wilmana
Terbang ke angkasa diiringi menteri dan segenap raksasa
Tiada berapalah lama,
sampailah ia di negeri
Trajutrisna
Boma bertanya kepada tunggangannya: “Wahai Wilmana
Negeri apakah di bawah sana, siapa pula nama rajanya ?”
“Oh itu negeri Trajutrisna, tuan.
Adapun rajanya bernama,
Prabu Dani Swara berasal dari manusia sedang menterinya
Serta mangkubuminya terdiri atas para raksasa dan denawa
Yang jumlahnya lebih kurang dua
puluh laksa banyaknya.”
Maka kata Raja Boma :
“Wimana, bawa aku aku ke sana !”
Maka Wilmana itu pun segera turun ke dalam pagar istana
Prabu Dani Swara yang kala itu
sedang dihadap oleh para
Menteri hulubalang, dan
mangkubumi serta rakyat semua
Ketika sang Prabu Dani Swara lihat raksasa turun ke istana
Dan lihat pula, Bomantara sudahlah berada di hadapannya
Maka bertanyalah Prabu Dani
Swara kepada Bomantara :
“Siapakah tuan-tuan ini berani masuki aku punya istana ?”
Menjawablah sang Bomantara : “Hambalah yang bernama
Maharaja Bomantara anak dari
Batara Mahawisnu putera
Ada pun kedatangan hamba ingin rebut negeri Trajutrisna
Maka kata Maharaja Dani Swara : “Baiklah hadapilah saya
lebih dulu!“ Maka Bertempur keduanya dengan sengitnya
Dalam pertempuran itu Prabu Dani Swara gugur perlaya
Melihat sang raja telah
gugur mati di tangan Bomantara,
Patih Aria Karia dan segenap menteri datang ke raja Boma
Ia dengan segenap menteri menyembah Raja Bomantara
“Ya tuan, patik sekalian mohon ampun kepada tuan Raja!”
“Wahai Patih Aria Karia, dan segenap prajurit Trajutrisna
Aku ampuni kalian semua, aku sang Maharaja Bomantara
Yang sekarang menjadi raja penguasa negeri Trajutrisna!”
Secara serempak mereka semua
berkata dengan suka-cita:
“Ya tuanku Sri Maharaja Bomantara, patik sekalian berkata
Ke bawah lebu telapakan tuanku Sri Maharaja Bomantara.”
Maka bertitahlah Maharaja Boma : “Baiklah Patih Aria Karia,
Himpunlah semua menteri,
hulubalang, dan rakyat semua!”
Sembah Patih Aria Karia : “Baiklah tuanku!” Maka Patih Aria
Karia pergi himpun menteri, hulubalang, dan rakyat semua
Setelah itu dipersembahkannya kepada Sri Maharaja Boma
Seraya berkata : “Ya tuanku, telah hamba himpun semuanya
Menteri hulubalang dan rakyat agar minta ampun pada raja
Setelah segalanya siap, maka Maharaja Boma pun berkata :
“Patih Aria Karia, Posisimu ada dibawah Patih Mudra Karna.”
Maka sembah Patih Aria Karia : “Manalah titah tuanku Raja
Akan selalu patik
junjunglah tinggi di atas batu
kepala.”
Raja Boma pun masuk ke dalam istana Prabu Dani Swara
Di dalam istana itu nampaklah
oleh Maharaja Bomantara
Terdapat mahligai yang betapa elok dan indah bentuknya
Dindingnya terbuat daripada
emas permata panca warna
Halamannya ditanami beraneka bunga nan harum baunya
Di tepian parit terdapat balai emas, perak, dan balai suasa
Ada bukit emas di tiap sisi mahligai berkilauan cahayanya
Di empat kaki bukit emas ada air perigi gemericik bunyinya
Air mancur sirami pohon
pandan emas, bunga-bunganya
Terbuat dari permata nilam,
puspa beranekalah ragamnya
Dan Pohon kayu tak nampak
terbuat dari air membahana
Air itu berjatuhan laksana air hujan yang saling berkejaran
Bunga gading kesturi
berlambaian di atas pohon pandan
Ditiup angin sepoi-sepoi yang berhembus perlahan-lahan
Maka teramatlah suka-cita Raja Boma bagai dalam buaian
Hingga kembali bertitah kepada kedua patihnya sekalian :
“Hai kedua patihku, Patih Mudra Karna dan Patih Aria Karia
Aku hendaklah memberi anugerah kepada semua raja-raja
Dan semua menteri, para hulubalang dan rakyat semuanya
Yang telah berjasa buatlah indah mahligai istana Trajutrisna
Yang patutlah jadi menteri jadikan menteri, pilihlah mereka.”
“Yang patut dijadikan hulubalang, jadikanlah hulubalang
Berikan segera mereka itu anugerah janganlah dihalang!”
Setelah Maharaja Boma memberi
titah tiadalah kepalang
Maka duduklah ia di atas
tahta kerajaan dengan tenang
Empat puluh hari, empat puluh malam bersenang-senang
Duduk di atas singgasana di hadapan menteri hulubalang
Makan dan minum bersama para punggawa dengan riang
Bersama Patih Aria Karia, Mudra Karna, Raja tanpa halang
Maharaja Boma menjadi raja Trajutrisna tak bisa digoyang
Karena kesaktiannya yang tinggi sekali tiadalah kepalang
KAMIS, 5 JULI 2018
16:07 WIB (SP1957)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar